Oleh
:
Panji
Mulkillah Ahmad
O
|
SMB atau Orientasi Studi
Mahasiswa Baru bisa kubilang sebagai ajang dimana mahasiswa angkatan baru
bertemu dunia barunya, yakni civitas akademika. Tulisan ini adalah tentang OSMB
di Fakultas Hukum Unsoed dari sudut pandang penulis. Yaitu dimulai dari penulis
menjadi seorang yang bertemu dunia barunya, sampai hari ini dalam memandang
OSMB. Adalah sebuah kesan tersendiri ketika seorang mahasiswa menjadi peserta
maupun panitia OSMB. Lebih dalam lagi, bukan hanya kesan, tapi juga pengalaman.
Dikupas lagi, ternyata bukan hanya pengalaman, tapi juga pemahaman. Digali
lagi, ternyata ada nilai yang bersemayam di dalamnya.
Kisah
ini dimulai ketika waktu itu entah bulan apa, tanganku ditarik oleh seseorang
yang tidak kukenal. Ia bilang, "Fakultas hukum ya?". Aku mengangguk
mengiyakan. Lalu aku dibawa ke sebuah posko dimana orang-orang yang memakai
baju putih bawahan hitam sama sepertiku, duduk mengisi formulir. Aku membayar
uang sejumlah Rp.90 ribu, dan aku mendapat kuitansi sebagai buktinya. Aku juga
mendapat secarik kertas tentang tanggal pelaksanaan beserta kontak panitia.
Ternyata itulah yang dinamakan registrasi ospek, yang dalam hal ini dinamakan
OSMB atau Orientasi Studi Mahasiswa Baru.
Bulan
Agustus. Aku mengikuti Technical
Meeting. Waktu itu aku
bangun kesiangan. Aku terlambat hampir 2 jam. Aku sms salah satu panitia yang
kontaknya kudapat dari secarik kertas sewaktu registrasi OSMB. Panitia yang ku
sms ini bernama Brian.
"Mas maaf saya
terlambat, saya kesasar"
"Kesasar dimana? sini
biar saya jemput"
Wah
padahal aku sms berbohong begitu supaya dimaklumi panitia, tapi ternyata gagal.
Aku lekas saja kenakan bebenah diri untuk bersiap ke kampus. Berkas-berkas
sudah siap, buku tulis siap, dan yak! Inilah perjalanan pertamaku ke
kampus hukum Unsoed.
***
Aku
sudah merasa bersalah sekali ketika aku memasuki gerbang. Sudah jam berapa ini?
Aku pasti dimarahi seniorku. Ini semua gara-gara semalam aku tidur larut malam.
Seandainya semalam aku tidur cepat, pastilah aku tidak terlambat.
Sepatuku
yang sudah sebulan tidak kucuci melangkah dengan hati-hati. Makin mendekati
kampus, makin banyak senior beralmamater kuning-emas terlihat. Mereka berdiri
membentuk rangkaian yang menuntunku menuju sebuah gedung bernama Yustisia 3.
Kumasuki
gedung itu. Kunaiki tangga-tangga yang membisu. Setelahnya, aku dihadapkan pada
dua pintu dimana ditengah-tengahnya terdapat meja. Di meja itu telah duduk
seorang perempuan mengenakan almamater. Aku sudah menyiapkan puluhan alasan
jika aku ditanya kenapa terlambat.
"Ini
silakan diisi ya daftar hadirnya", ujar perempuan itu
Aku
penuhi permintaannya, lalu aku masuk ke aula. Dan ternyata aku tidak dimarahi
ataupun ditanya-tanya sama sekali. Aku terlalu terjebak dalam
ketakutan-ketakutan yang aku buat sendiri, ternyata.
Di
dalam aku lihat sudah banyak sekali yang hadir. Semua duduk di lantai.
Laki-laki duduk di sebelah kanan, sementara perempuan duduk di sebelah kiri.
Aku cukup kesulitan mencari lapak yang kosong untuk kududuki. Pada akhirnya aku
dapat juga lapak di belakang.
Di
dalam, aku dengan tertib mengikuti jalannya acara. Kebanyakan dari acara ini
memberikan hal-hal yang tidak penting. Hanya formalitas belaka seperti
sambutan, perkenalan, dan sebagainya. Daripada memerhatikan mereka, aku lebih
suka memandangi para gadis baik itu yang maba maupun yang senior.
Ada
hal menarik yang kudapati. Jadi, dalam suatu sesi acara, para senior masuk ke
panggung melalui sebuah karpet merah. Kebanyakan dari mereka mengenakan
almamater dan membawa sebuah buku kecil yang ditenteng. Ketika membawa buku
catatan sambil berjalan menuju panggung itu membuat mereka terlihat keren abis men! Jadi serasa kayak intelek-intelek gitu, kayak mahasiswa yang IP-nya diatas
rata-rata gitu. Sekalipun belakangan ini aku tahu bahwa ternyata mereka
biasa-biasa saja, malahan ada yang terbelakang.
Oh
iya, aku masuk ke kelompok bernama Pasal 12. Konselorku bernama Mukti dan Mita.
***
OSMB
hari pertama, peserta diwajibkan mengenakan kemeja putih dan bawahan hitam.
Kali ini acara berlangsung di lapangan Aula Yustisia 1. Pagi-pagi sekali, yaitu
jam 6, dimana matahari belum terang sepenuhnya, kami harus sudah hadir di
lokasi. Sampai jam 7 kami menunggu untuk acara opening ceremony. Ya, kayak upacara-upacara gitu deh.
Aku
percaya, dalam ajang dimana mahasiswa baru pasti ada saja yang ingin eksis.
Eksis, waktu itu aku artikan sebagai ingin menonjolkan diri dan terkenal oleh
orang-orang. Ada sih yang eksis dalam
artian positif, tapi ada juga yang maksa. Baru hari pertama saja, sudah puluhan
peserta yang selalu ingin tampil eksis di depan orang-orang. Macam-macam saja
caranya, mulai dari yang sering menjawab pertanyaan, sering mengajukan
pertanyaan, sampai berbicara hal-hal yang tidak penting. Orang paling eksis
yang kulihat di hari pertama ini adalah Agnes, perempuan dari Jakarta yang
sangat aktif menjawab pertanyaan maupun bertanya. Gara-gara saking seringnya
dia, para peserta lama-lama jadi bosan melihat dia melulu yang ngeksis. Dari sini aku belajar bahwa ngeksis dan caper (cari perhatian) itu
beda-beda tipis.
Di
hari pertama ini, satu-satunya agenda yang kuanggap penting adalah pengisian
KRS. Kalau tidak ikut pengisian KRS mana bisa kuliah. Dan selanjutnya tidak ada
yang penting, jadinya malas untuk aku ulas disini.
Tapi
ada juga sih yang penting. Jadi pasca acara hari pertama selesai, Pasal 12
ngumpul di kosannya Dhony (rekan sesama pasal) untuk garap tugas. Ada tugas
bikin sampul buku, sembako untuk sumbangan, dan essay tentang kasus pornoaksi
Ariel. Aku bikin essay sampai jam 2 malam karena essaynya harus penuh 4 halaman
kertas folio bergaris. Juga, essay tersebut tidak diketik, melainkan tulis
tangan. Aku tidak pulang ke kos karena sudah dikunci. Aku menginap di kos
Dhony.
***
OSMB
hari kedua, ini adalah hari dimana seragam OSMB berupa kaos harus dipakai. Jam
5:30 aku harus sudah hadir di lapangan Yustisia 1. Gara-gara semalam kurang
tidur, aku terlambar sekitar 20 menit. Gara-gara itu pula, aku diteriaki
sepanjang jalan mulai dari Jl. Cendrawasih sampai kampus hukum. Teriakan-teriakan
seperti, “Dipercepat!”, “Jangan kelamaan!”, dan sebagainya terus menerus
didengungkan selama aku jalan kaki sekitar 300 meter. Cuaca yang gelap dan
berkabut menambah nuansa menyeramkan tersendiri bagiku pada saat itu.
Sebelum
masuk ke Yustisia I, aku disuruh baris dulu oleh divisi keamanan. Waktu itu aku
dihadapkan oleh seorang mahasiswa, yang sepertinya sudah angkatan uzur.
Badannya tidak tinggi besar, tidak pula menyeramkan, hanya saja dia terlihat
tidak ramah. Di papan kesalahan yang kupasang di punggungku, ditulisinya
keterlambatanku yaitu 5x3 menit.
Pukul
6:30 sampai 7:30 kalau tidak salah (berdasarkan ingatan samar-samar), ada
semacam teater. Jadi disitu mengisahkan tentang ada seorang mahasiswa baru yang
sedang memasuki kampus sebagai dunia barunya. Pemeran mahasiswa baru ini berkacamata
tebal, berpakaian terlalu rapih, dan berwajah lugu. Disini ia diajak kesana
kemari oleh berbagai pihak. Dan selanjutnya aku lupa di teater ini mengisahkan
apa.
Pukul
7:30. Aku melihat di buku panduan OSMB bahwa ini adalah saatnya Boarding. Namun apakah boarding itu? Aku tidak tahu. Semalam
konselorku hanya bilang, mahasiswa itu sudah beda dengan siswa SMA. Mahasiswa
punya keyakinan yang dianggapnya benar, dan bukan tidak mungkin akan mati-matian
mempertahankannya. Tapi mereka tidak menjelaskan sama sekali apa itu boarding.
Tiba-tiba
divisi keamanan masuk ke lapangan Yustisia 1 dengan jumlah yang banyak. Sekitar
20-30an berbondong-bondong, lalu secara terorganisir menempati lokasi
masing-masing. 1 orang memberi komando. Menempatkan peserta berdasarkan jumlah
kesalahan yang dimiliki. Ada yang ditempatkan di barat, utara, dan selatan. Ada
juga yang dibawa naik keatas tangga. Aku sendiri ditempatkan di selatan.
Sebelum
registrasi OSMB, aku berpikir bahwa ospek mahasiswa pasti berbeda dengan ospek
SMP maupun SMA. Pasti ospek mahasiswa lebih membuat mahasiswanya menjadi dewasa
dengan cara-cara yang dewasa pula, seperti berdiskusi dan melihat realitas
sekitar supaya menjadi lebih kritis.Tapi ternyata sama saja. Baik itu ospek SMA
maupun mahasiswa sama saja. Sama-sama diteriaki oleh senior-senior yang
bertampang galak.
Aku
berdiri di barisan tengah, agak kebelakang. Ini supaya kupingku tidak menjadi
budeg mendengar senior-senior itu meneriaki peserta. Juga supaya hidungku tidak
terkontaminasi dari bau mulut mereka yang terhembus bersamaaan dengan
teriakan-teriakan mereka.
Yang
lebih menjijikkan lagi ada peserta yang punya kesalahan banyak sekali karena
tidak membawa barang-barang tertentu, sehingga dihukum berdiri di atas sebuah bangkutaman.
Dia berdiri sambil disuruh berteriak, “saya berjanji bahwa saya tidak akan,
bla,bla,bla”. Kasihan sekali orang itu, dipermalukan di depan orang banyak.
Sekitar
15 menit kemudian, ada orang-orang yang juga panitia OSMB kulihat turun dari
lantai dua melalui tangga. Jumlahnya sekitar 20-an orang. Mereka tiba-tiba
mendatangi tiap-tiap barisan yang sedang diteriaki divisi kemanan. Aku melihat
ada Mukti di situ. Ternyata mereka adalah divisi konselor. Mereka bilang kepada
barisan-barisan yang sedang dihukum, “kalian jangan mau diperlakukan seperti
ini”, “bubar semuanya, bubar”, dan “ayo jangan diam saja, lawan!”. Kata-kata
ini ternyata mempengaruhi para peserta yang berada di barisan hukuman.
Barisanku
akhirnya bubar, beriringan dengan barisan-barisan lainnya. Seketika divisi
keamanan yang tadinya berwajah garang, kini menjadi pucat. Mereka kebingungan.
Para
peserta kini berbalik menyerang divisi kemanan. Chaos pun terjadi. Ada peserta yang mendorong para divisi keamanan,
bahkan ada yang sampai memukul. Ada yang menangis. Ada juga yang hanya
teriak-teriak tidak jelas mempericuh keadaan. Aku sendiri duduk di belakang
barisan, menonton chaos tersebut sambil
bilang ke teman pasalku, “Hahaha lucu ya udah
tua pada berantem”.
Jujur,
waktu itu aku merasa ini adalah hal yang sangat lucu. Dalam hati aku merasa, “Wah
sialan ternyata aku dikerjai, para panitia ini skenarionya bagus sekali sampai
bikin chaos seperti ini”.
Chaos berlangsung meriah, sampai-sampai lampu
taman pecah. Aku tidak melihat kenapa lampu tamannya bisa pecah. Sampai pada
akhirnya barisan di lapangan terbelah menjadi dua. Di bagian barat para divisi
keamanan, sementara di bagian timur adalah divisi konselor dan beberapa peserta
yang naik pitam. Dua kubu saling mengejek, mendorong, dan melempar segala
sesuatu. Tapi tidak ada baku hantam yang serius, mungkin karena mereka takut
nanti masuk penjara.
Lalu tiba-tiba ada koordinator divisi acara
yang bernama Alde datang dan menengahi. Dia bilang ke semuanya, “ya selamat
teman-teman, yang barusan adalah sandiwara”. Hahaha, sudah kuduga ini pasti
bohong-bohongan.
***
“Bohong
!”
“Dia
bohong!”
“Kalian
jangan percaya!”
“Demi
Allah ini bukanlah rekayasa!”
Secara
serempak divisi konselor teriak-teriak seperti itu. Melihatnya, aku menjadi
bimbang (karena udah bawa-bawa nama
Sang Pencipta sih, gimana gak bimbang?).
Apakah jangan-jangan ini bukan sandiwara?. Aku jadi teringat kata-kata
konselorku semalam, “mahasiswa punya keyakinan sendiri yang bahkan bisa ia bela
mati-matian”. Apakah ini yang disebut idealisme mahasiswa? Di satu sisi aku
salut, di sisi lain kupikir ini juga tidak etis. Mengingat ini menjadi teladan
buruk bagi mahasiswa baru. Aku belum bisa menyimpulkan apakah ini benar atau
hanya rekayasa.
“Keamanan!
Mundur!”. Aku mendengar suara itu dari sebelah barat, entah siapa yang
bersuara. Berbondong-bondong setelah suara itu keluar, divisi keamanan
meninggalkan lapangan lewat pintu barat. Beberapa menit setelahnya, divisi
konselor juga keluar lewat pintu kecil di utara.
Suasana
masih belum stabil betul. Masih ada perempuan yang menangis. Kulihat juga,
wajah-wajah peserta tampak kebingungan. Panitia yang di lapangan hanya ada P3K
yang alakadarnya menenangkan peserta. Divisi acara mengambil kendali, mencoba
ikut menenangkan peserta. Perlahan, peserta mulai tenang. Para peserta yang
naik emosinya dicoba untuk diajak bicara supaya amarahnya meredam.
Kalau
di hari pertama Agnes sangat eksis. Di hari kedua ini, ada seseorang yang
bernama Jason yang juga tak kalah eksis. Aku lupa apa yang dia bilang, tapi
pada intinya dia mengambil alih microphone
dan menyatakan bahwa hal-hal seperti tadi harus dihentikan. Banyak peserta
mendukungnya.
Panitia
mencoba membikin supaya keadaan menjadi menyenangkan kembali. Panitia mencoba
mengajak peserta untuk bernyanyi bersama. Dengan gitar dan microphone yang ditempelkan di gitar itu, panitia mengajak
bernyanyi lagu OSMB Konstitusi 2010.
Hei kau mahasiswa
Kita berkumpul disini
Di kampus merah tercinta
Untuk berproses bersama
Hei kau mahasiswa
Terapkan peran dan posisimu
Jadilah mahasiswa
Yang cerdas juga berkualitas
Jadilah mahasiswa
Yang memiliki rasa solidaritas
Kons, kons, konstitusi
Kons, kons, konstitusi
Kons, kons, konstitusi
Konstruksi dinamis
Peran dan posisi
Mahasiswa fakultas hukum Unsoed
Sebenarnya dengan menyanyikan lagu ini sih tidak mengubah
keadaan. Maksudnya, ya tetap saja acara tidak sesuai rencana. Tapi ya lumayan
lah buat menghibur kawan-kawanku sesama 2010. Lagu-lagu lain yang sedang nge-pop di televisi juga dinyanyikan pada
sesi ini.
Lalu, kulihat ada orang-orang yang tidak memakai seragam
OSMB berdatangan. Mereka adalah Pembantu Dekan III, Ketua BEM, dan Badan
Pengawas. Aku tidak ingat mereka bilang apa saja, kecuali bahwa OSMB harus
tetap dilanjutkan dengan tertib.
Aku melihat di susunan acara. Karena kejadian chaos tadi, setidaknya telah ada 4
agenda tidak terlaksana. Peserta diarahkan ke Aula Yustisia III untuk acara
diskusi panel tentang kasus pornografi Ariel. Lalu ada acara nonton film
Sherlock Holmes, tapi tidak kelar. Lalu ada games, penugasan, dan pulang.
Divisi keamanan dan divisi konselor sudah tidak terlihat
lagi. Entah kemana.
Malam harinya, Pasal 12 berkumpul untuk penugasan esok
hari. Kali ini Mukti dan Mita selaku konselor datang. Aku ingat sekali bahwa
mereka bilang, “itulah mahasiswa, membela apa yang mereka yakini benar, dan
pada akhirnya kawan-kawan bisa menilai sendiri dari kejadian kemarin, siapa
yang benar manakah yang salah”.
***
OSMB hari ketiga. Seragam OSMB dipakai untuk kedua kalinya.
Anggap saja masih bersih. Waktu telah menunjukkan pukul 6:00. Padahal di
susunan acara, peserta harus sudah tiba pukul 5:00. Aku bersiap seadannya, dan
menuju kampus.
Tidak seperti kemarin, yang mana aku berangkat saat
matahari belum nampak. Kali ini aku berjalan kaki ke kampus dengan sinar yang
cukup, dan tanpa teriakan dari divisi keamanan. Sampai ke gerbang, yang berjaga
bukan divisi kemanan, tapi divisi P3K. Aku ingat mereka bilang, “ayo saudara,
segera ke lokasi”, dan “santai saja tidak usah
buru-buru”. Kemarin, wajah-wajah yang menyambutku adalah wajah yang garang
dan jutek. Tapi kali ini, wajah-wajah yang menyambutku adalah wajah yang ramah
dan riang.
Di hari ketiga ini, tidak ada Boarding. Selain tiadanya Boarding,
ada juga agenda yang tidak dilaksanakan di hari ketiga ini yaitu ANSOS
(Analisis Sosial) dan Presentasi Tugas. Itu artinya, tugas essay yang peserta
bikin tidak jadi dipresentasikan, menjadi sia-sia dan akhirnya disimpan
sendiri.
Di Aula Yustisia III, ada sesi di luar agenda yang ada di
buku pedoman. Kali ini aku melihat kembali divisi keamanan dan divisi konselor
di depan panggung. Mereka meminta maaf kepada seluruh peserta, panitia, dan
semuanya. Lalu aku melihat divisi konselor dan divisi keamanan saling berjabat
tangan satu sama lain. Namun bukan berarti keadaan sudah baik-baik saja.
Semalam,
pasalku membicarakan insiden chaos kemarin.
Ternyata ada salah seorang temanku yang nge-add
facebook para panitia OSMB. Dari situ, dia dapat melihat kelakuan-kelakuan
para panitia. Ternyata selain konfrontasi di lapangan, para panitia itu
konfrontasi juga di jejaring sosial. Adapun divisi yang saling konfrontasi
adalah divisi konselor dan divisi keamanan. Aku ingat beberapa postingan yang dimunculkan di akun
divisi keamanan seperti, “Divisi konselor bangsat, kalah di forum malah
ngacak-ngacak acara”, “Kontolselor bajingan”, “Mati koe konselor! Matiii!”, dan sebagainya. Divisi konselor pun juga
turut mencaci divisi keamanan lewat jejaring sosial.
Yang
pada akhirnya, jabat tangan di Aula Yustisia III kala itu hanya formalitas.
Kebanyakan dari mereka tetap pasang wajah yang tidak ramah, menunjukkan
ekspresi “hal ini belum bisa dimaafkan”. Kebanyakan juga dari mereka hanya
sekedar nempelin tangan. Jadi
sebenarnya mereka ini tidak benar-benar saling memaafkan. Dan setelah itu
mereka pergi begitu saja.
***
Agenda
selanjutnya adalah pemilihan ketua angkatan. Kata panitia, ketua angkatan itu
gunanya mengkoordinir angkatannya. Tiap-tiap angkatan punya ketua angkatannya
sendiri. Dan ketua angkatan ini harus membikin angkatannya selalu solid.
Sistem
pemilihan ketua angkatannya begini, jadi dari masing-masing pasal mencalonkan 1
orang, lalu nanti orang-orang yang dicalonkan itu akan dipilih oleh peserta
dengan metode 1 pasal 1 suara. Agak konyol memang, secara normal seharusnya
tidak ada yang menang karena seharusnya suatu pasal akan mendukung kandidat
dari pasal itu sendiri. Tapi tidak disini, karena tidak semua pasal mendukung
kandidat pasal itu sendiri. Misalnya Pasal 6 mencalonkan Fulan dari pasalnya,
hal ini belum tentu Pasal 6 memberi suara untuk Fulan. Hal ini dikaernakan dari
Fulan sendiri sebenarnya tidak mau jadi ketua angkatan, dia dicalonkan karena
disuruh rekan sepasalnya. Rekan sepasalnya menyuruh Fulan menjadi kandidat
karena tidak ada orang lagi.
Pada
akhirnya jadilah 3 kandidat kuat yang akan menjadi ketua angkatan. Yang pertama
adalah Jason, lalu Hilman, dan yang terakhir Agnes. Jason dikenal karena pasca chaos, dia menjadi hero karena bisa menenangkan kawan-kawannya. Agnes dikenal karena ngeksis di setiap sesi acara. Hilman
dikenal karena, duh aku lupa si
Hilman dikenal karena ngapain.
Masing-masing
calon ini musti berkampanye, yaitu komitmen apa yang akan dipegang ketika
menjadi ketua angkatan. Agnes mengajukan tawaran, bila dia menjadi ketua
angkatan maka segala informasi akan disalurkan ke kawan-kawan angkatan 2010,
dan sebagainya. Kalau Jason, waktu itu dia bilang, “Saya tidak ada kehendak apa
apa jika menjadi ketua angkatan, saya hanya ingin mewakili teman-teman semua
angkatan 2010”. Nah kalau Hilman berkampanye dengan membuat kata-kata seperti
ini, “Ibaratkan sebuah bis, pasti ada supir dan ada penumpangnya. Ketika saya
dalam hal ini memimpin kalian, maka saya adalah supirnya. Namun apalah arti
sebuah bis jika tanpa ada penumpangnya, sama juga apalah arti saya tanpa
teman-teman sekalian”. Dari sekian kampanye yang diajukan, apresiasi berupa
tepuk tangan yang paling meriah diberikan untuk Hilman. Kalimatnya si Hilman
lebih berkesan dibanding yang lain.
Pemungutan
suara dilakukan kembali untuk 3 calon ini. Dan hasilnya adalah, Hilman menjadi
ketua angkatan. Kelak karena popularitas yang mereka bangun selama OSMB, ketiga
orang inilah yang turut mewarnai dinamika kampus hukum, kampus merah tercinta.
***
Agenda selanjutnya adalah demo oral dan demo fisik UKM atau
Unit Kegiatan Mahasiswa. Kali ini, para UKM akan berpromosi di Aula Yustisia
III (demo oral) dan melakukan rekruitmen di lapangan Yustisia I (demo fisik).
Aku tidak banyak menaruh perhatian pada agenda ini, jadi ini bagaimana teknis
para UKM berpromosi di-skip saja.
Jika para senior itu ketika menjadi panitia mereka ada yang
bersikap garang, pada promosi UKM ini mereka jadi sok asik dan terlihat ramah.
Dari sini aku menjadi belajar bahwa ternyata OSMB berfungsi bagi mereka-mereka
para senior itu supaya mendapat perhatian maba untuk dikader ke UKM mereka.
Sekalipun aku pada waktu itu aku percaya, selain kepentingan UKM pasti ada
kepentingan-kepentingan yang lain juga. OSMB atau ospek-ospek lainnya berfungsi
bagi senior-senior untuk sekedar ngeksis,
cari teman, cari pacar, dan segala kepentingan lainnya. Omong kosong kalau OSMB
itu tidak ada kepentingan. Jadi kalau hari ini ada orang yang ingin mewujudkan
OSMB tanpa kepentingan, itu adalah impian yang sia-sia.
Orang-orang berlalu lalang. Matahari tenggelam hari mulai
malam. Hiruk pikuk di lapangan, kini pindah ke Aula Yustisia III. Panitia
menyediakan makanan untuk buka puasa. Agenda selanjutnya adalah buka puasa
bersama dan nonton film dokumenter OSMB 2010.
Panitia menyetel sebuah video. Isinya dua orang laki-laku
sedang menghadap ke kamera. Mukanya tidak asing bagi para peserta. Dua orang
itu adalah panitia divisi keamanan. Lalu ada sebuah lagu yang juga tidak asing
lagi diputar oleh panitia. Lagu yang diputar adalah lagu Keong Racun. Dua orang
yang ada di video itu lalu mulai bernyanyi keong racun dengan cara lipsing atau nyanyi bibir. Mereka juga
berjoget dengan gerak tubuh dan ekspresi yang jenaka. Persis seperti Shinta dan
Jojo, dua gadis ababil yang waktu itu booming
sekali dibicarakan masyarakat. Gara-gara kelakuan mereka, orang-orang di
Aula tertawa terbahak-bahak. Bagaimana tidak tertawa? Mereka yang tadinya
begitu garang, kini menjadi begitu jenaka. Aku pun turut tertawa, bahkan lama
sekali, karena terbawa suasana.
Tak lama kemudian, divisi keamanan yang ada di video jenaka
itu datang. Semua orang di Aula menyambut mereka dengan meriah, dengan penuh
tawa. Si divisi keamanan itu pun juga tertawa melihat video yang disetel.
Dengan
ini berakhirlah sudah OSMB 2010. Semua orang saling berjabat tangan, foto
bersama, bahkan ada yang saling berbagi tanda tangan, dan pulang dengan
bahagia.
Pada
malam itu, ketika aku sampai di kamar, aku menjadi belajar akan suatu hal :
mahasiswa baru itu sangat labil dan emosinya mudah dikendalikan.
Sampai tulisan ini selesai, aku masih merumuskan
rencana-rencana. Dua bulan lagi akan ada OSMB 2013. Kira-kira hal-hal apa yang
enak untuk disuapin ke mahasiswa 2013?
***
Tamat ***
Sumber : http://panjimulki.blogspot.com/2013/06/osmb-2010-dalam-ingatan.html
Komentar
Posting Komentar