Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

Manusia Kebal Hukum

Oleh:  Cipto Prayitno [1] “Apakah manusia adalah makhluk yang bebas sebebas-bebasnya?” [2] Namun, adanya pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang selalu muncul ketika seseorang dalam keadaan terkekang dalam sebuah keadaan tertentu (misal: kehidupan organisasi atau kehidupan kenegaraan) dan ada sebuah keinginan dalam dirinya untuk lepas dari kekangan tersebut, “ saya adalah manusia bebas, tidak terikat pada apapun”.  Dan juga pertanyaan tersebut kemungkinan merupakan sebuah klaim bahwa dirinya adalah manusia bebas yang tidak terikat pada apapun didunia ini.  Dalam keadaan yang  jenuh tehadap ketidak-bebasan atau dalam kekangan sesuatu hal adalah menjadi wajar jika seseorang menobatkan dirinya adalah menusia bebas yang tidak terikat pada apapun. Namun, bagaimanakah jawaban atas pertanyaan tersebut serta analisanya? Manusia Makhluk yang Bebas? Dalam bukunya  Du Contract Social,  Jean Jacques Rousseau [3]  menyatakan bahw...

Eksistensi Hukum Adat dalam Pusaran Kebijakan Kompromis Politik Hukum Nasional

Oleh: Ramdani Laksono, S.H. [1] Lonceng kemenangan pada satu sisi telah berkumandang dan  tap out sebagai pertanda kekalahan sudah terlihat pada sisi yang lain. Meraih sokongan legitimasi publik terhadap kemenangan adalah urusan tersier yang bisa diakali nantinya, namun meneduhkan hal-hal apa saja yang telah diperjanjikan oleh pemenang adalah “sesuatu” yang patut ditagih. Penting untuk mengingat kembali visi dan misi yang disodorkan pada debat-debat yang tersaji dalam beberapa episode. Terutama terkait dengan diskursus masyarakat hukum adat, mengapa masyarakat hukum adat? Iya, karena mereka masih bagian dari kesatuan masyarakat yang juga berkehendak  satu  untuk dipanggil warga negara Indonesia. Mereka punya hak sebagai warga negara layaknya warga negara yang lain namun memiliki kekhususan dikarenakan faktor historis terkait esksistensi mereka yang senantiasa berubah dalam tata hukum nasional. Pada debat episode pertama Pilpres yang mengusung tema Hukum, HAM, ...

Politik Di Tahun Politik: Makna Yang Menyempit

Oleh: Cipto Prayitno email: bukitshimla@gmail.com Apasih yang kita bayangkan mengenai makna “politik” ditahun sekarang yang sering disebut tahun politik? Meraih kursi di parlemen? Memilih presiden dan wakil presiden? Propaganda untuk mendukung salah satu calon yang kita dukung? Atau mungkin menjatuhkan lawan yang tidak mendukung calon yang kita dukung ditahun politik ini dengan cara mengumbar data, setengah data, opini, bahkan mungkin hoax berbalut data? Yah apapun bisa dilakukan ditahun politik ini. Sepintas pernyataan pernyataan tersebut amat berbau politis atau minimal bertendensi politis (memiliki makna politik). Tapi apakah betul bahwa makna tersebut sudah mencirikan politik dalam pengertian sebenarnya? Mungkin tidak sepenuhnya benar, pun tidak sepenuhnya salah. Lantas bagaimana yang benar? Terlalu sempit mungkin mendefinisikan politik pada hal-hal yang sebatas pada apa yang sudah dipaparkan dimuka. Tapi apakah hal tersebut merugikan sehingga penting unt...