Langsung ke konten utama

Politik Di Tahun Politik: Makna Yang Menyempit




Oleh:
Cipto Prayitno
email: bukitshimla@gmail.com


Apasih yang kita bayangkan mengenai makna “politik” ditahun sekarang yang sering disebut tahun politik? Meraih kursi di parlemen? Memilih presiden dan wakil presiden? Propaganda untuk mendukung salah satu calon yang kita dukung? Atau mungkin menjatuhkan lawan yang tidak mendukung calon yang kita dukung ditahun politik ini dengan cara mengumbar data, setengah data, opini, bahkan mungkin hoax berbalut data? Yah apapun bisa dilakukan ditahun politik ini. Sepintas pernyataan pernyataan tersebut amat berbau politis atau minimal bertendensi politis (memiliki makna politik). Tapi apakah betul bahwa makna tersebut sudah mencirikan politik dalam pengertian sebenarnya?

Mungkin tidak sepenuhnya benar, pun tidak sepenuhnya salah. Lantas bagaimana yang benar? Terlalu sempit mungkin mendefinisikan politik pada hal-hal yang sebatas pada apa yang sudah dipaparkan dimuka. Tapi apakah hal tersebut merugikan sehingga penting untuk dibahas? 

Mungkin Sepintas tidak merugikan secara langsung, toh yang penting calon yang kita dukung bisa terpilih dan menang dan mungkin bisa menang telak. Hal ini demi keberlanjutan demokrasi langsung di Indonesia. Tapi apakah pernyataan tersebut sepenuhnya benar? Jika menelaah dalam pengertian politik sesungguhnya, mungkin hal ini terlalu sempit. Memang oleh Aristoteles politik dimaknai sebagai upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun dalam konteks bernegara seperti di Indonesia mungkin lebih etis menggunakan pengertian politik menurut Joice Mitchel yaitu pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan umum masyarakat. Artinya makna politik tak sesempit seperti hanya membicarakan mengenai pemenangan calon-calon politik ditahun politik seperti yang sudah diutarakan dimuka.

Pentingkah menerapkan politik dalam makna yang sesungguhnya atau minimal dalam pengertian yang lebih luas daripada memenangkan calon dalam tahun politik dalam tahun tahun ini? Sungguh naif hanya berpikir demikian. Padahal menurut pengertian nya politik akan menjadi ideal jika politik dalam pengertian nya yang sempit dan politik dalam pengertian yang lebih luas diterapkan setiap waktu. Hal ini tentu akan bisa menjamin untuk tercapainya tujuan yang lebih pasti dan tidak terkesan memperdaya sahaja.

Mari kita ulas masing masing untung ruginya. Andainya hanya tahun politik ini kita hanya isi dengan hal hal yang hanya berisi menu menu politik praktis saja. 

Dari sudut aktor politik yaitu partai politik dalam uu memiliki kewajiban untuk melakukan pendidikan politik. Yakinkah ditahun politik ini ada kegiatan pendidikan politik yang sebenarnya? Atay hanya sekedar kampanye untuk mempengaruhi agar jadi partisipan dalam pemilu nanti sebagai pemilih dan bagi kader yang sudah pasti akan memilih makin d pertebal keyakinan nya agar menjadi barisan untuk menguatkan pengaruh dari golongan tersebut? Mungkin saja demikian. 

Artinya kewajiban untuk melakukan pendidikan politik kepada masyarakat agar bisa melek politik seperti mengerti bagaimana peran masyarakat dalam partisi terhadap kesejahteraannya dan juga menjadi pengawas bagi pelaksanaan pemerintahan akan terabaikan. Tapi hal tersebut juga tidak sepenuhnya benar, mungkin saja akan ada jawaban bahwa tindakan yang praktis tersebut juga ada arahan dan capaian dalam rangka pendidikan politik jangka panjang. Kalopun demikian kadarnya tentu tidak proporsional, akan lebjh banyak muatan politik praktis ketimbang untuk benar benar politik yang mencerdaskan. 

Hal demikian tentu akan berdampak pada tidak seimbang nya pikiran-pikiran yang jernih dalam menghadapi tahun politik ini, massa akan terkesan terbagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan partisipan politik praktis pada tahun politik ini. Pada akhirnya hal ini akan membawa dampak pada gab atau batas batas terhadap golongan golongan tersebut yang parahnya akan berujung pada persaingan ditengah massa demi tercapai kepentingan politik praktis para aktor politik tadi. 

Sebaran hoax, kampanye hitam, saling tuduh, non-toleransi dan mungkin perpecahan akan menjadi bunga bunga yang mungkin bertebaran pada tahun politik ini jika situasinya demikian. Mungkin saja! 

Lantas jika kemungkinan nya kita ubah sesuai dengan kondisi ideal yang diawal kita maui. Mungkin akan berlainan situasinya. Mari kita bayangkan!  Ya bayangkan saja, toh kondisi yang demikian masih jauh dari kenyataan hari ini di Indonesia, layaknya jauh panggang dari api. 

Aktor politik tetap pada kewajiban nya memberikan pendidikan politik yang ideal, tidak melulu tentang politik praktis. Pandangan massa tentang politik makin terbuka dan meluas. Makin sadar perannya dalam masyarakat. Makin banyak pertimbangan dalam aktivitas politik dimana pertimbangan ini erat kaitannya dengan pencapaian tujuan negara yang sejati. Makin memiliki toleransi manakala bersaing dalam perpolitikan baik yang bersifat ideologis maupun bersifat politik praktis. Tentu hal hal seperti sebaran hoax, saling tuduh, non toleransi dalam persaingan politik, perpecahan akan sangat mungkin untuk dihindari. 

Kurang lebih demikian, tentu kondisi yang demikian yang selalu kita idamkan. Kembali pada kenyataannya bahwa kondisi yang ideal diperlukan usaha yang tidak praktis pula, namun menjalankan kewajiban sebagaimana yang sudah ditentukan sebagai upaya mencapai perpolitikan nasional yang ideal dan di idamkan kudu atau harus dijalankan. 
Salam damai!

Komentar